Just stay and keep talking

Posts tagged ‘keuangan’

Gallery

Punya Usaha Sendiri Selalu Perlu Modal Besar?

Siapa yang tidak ingin melepaskan jabatan mereka sebagai karyawan bayaran dan kemudian menjadi Bos untuk orang lain? Haruskah menyiapkan modal besar untuk memulai sebuah bisnis?

Muda, sukses, dan hidup berkecukupan; rasanya tidak ada orang yang tidak ingin menjadi seperti itu. Menjadi pengusaha merupakan salah satu cara untuk mendapatkan penghidupan ekonomi lebih baik dibandingkan saat harus bekerja sebagai karyawan bayaran. “Sebisa mungkin pasang target hidup bahwa pada usia tertentu harus sudah bisa lepas dari orang lain dan menjadi Bos untuk diri sendiri serta orang lain. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa dengan menjadi pengusaha kita bisa mendapatkan kehidupan yang jauh lebih layak dibandingkan saat bekerja untuk orang lain,” ujar Santi Mia Sipan, pemilik usaha Jaty Arthamas Rizky.

Lantas, apakah modal yang harus disiapkan harus selalu besar dan bernilai puluhan juta rupiah? Tidak! Menjadi seorang pengusaha tidak melulu harus menyiapkan budget besar untuk memulainya. Misalnya saja dengan melihat contoh kasus pemilik usaha Justmine Pisang Ijo. Pasangan pengusaha asal Bandung ini memulai hidup sebagai pengusaha hanya dengn modal awal yang tidak menyentuh dua ratus ribu rupiah. Sebelum merintis usaha Pisang Ijo, Riezka terlebih dahulu membuka usaha voucher isi ulang di sebuah pasar. Setelah sukses dan memiliki uang simpanan lebih dari usaha pertama mereka, barulah Riezka merambah usaha lain hingga terbentuklah usaha kuliner Pisang Ijo yang kini terkenal.

Saat memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha, tidak hanya modal yang diperlukan. Mental baja dan tidak mudah menyerah adalah faktor penting kedua yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha. “Alhamdulillah sejak mulai berusaha hingga saat ini saya belum pernah mengalami masa terpuruk. Tapi, sebagai pengusaha, kita harus selalu siap dengan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Namun, memang, saat memasarkan produk yang saya jual pastinya saya pernah mengalami penolakan-penolakan. Dan saat seperti inilah komitmen saya diuji, apakah saya serius menjalani usaha saya atau tidak,” Santi Mia Sipan berbagi tips.

Setelah modal dan tekad terkumpul maka yang kemudian harus dimiliki adalah network atau jaringan kerja.Hm, bayangkan, bagaimana kamu bisa memasarkan produk jika kamu hanya bersentuhan dengan segelintir orang? “Network sangat penting bagi seorang pengusaha. Karena itu, kumpulkanlah network sebanyak-banyaknya saat masih bekerja. Percayalah bahwa itu semua bisa membantu usahamu,” Santi Mia Sipan kembali berbagi tips.

Selain itu, agar produk yang kita miliki mudah dikenal orang, sebaiknya ciptakan produk yang benar-benar baru atau setidaknya buatlah inovasi produk. Justmine Pisang Ijo adalah contohnya. Setelah berulang kali gagal menjual produk Pisang Ijonya saat di awal, akhirnya Riezka memutuskan untuk belajar membuaat Pisaang Ijo pada ahlinya sehingga bisa menawarkan produk dengan kualitas yang berbeda.

Sukses dengan usaha awal bukan berarti kamu bisa langsung puas dan berhenti mengembangkan diri. Justru di sinilah kamu ditantang untuk bisa membesarkan usahamu. Bisa dengan cara membuka cabang di tempat lain atau mungkin melakukan diversifikasi usaha. Nah, itu adalah beberapa hal yang harus diperhatikan saat kamu akan memutuskan untuk membuka usaha sendiri. So, apakah kamu sudah menargetkan kapan akan belajar mandiri dan berhenti jadi karyawan bayaran?

Sumber

 

Gallery

5 Strategi Keuangan untuk Dapatkan Pernikahan Harmonis

Bukan rahasia lagi kalau banyak pasangan bercerai karena masalah keuangan. Uang memang bisa jadi hal yang sangat sensitif di semua aspek kehidupan.

Bicara soal uang, menurut penelitian yang dilakukan Jason Carroll, seorang professor bidang kehidupan keluarga di Brigham Young University, sifat matrealistis bisa berdampak buruk pada pernikahan. Dari penelitian itu terungkap, pernikahan pasangan yang keduanya tidak matrealistis 10-15% lebih baik ketimbang pasangan yang sama-sama matrealistis. Pernikahan pasangan yang hanya salah satunya saja matrealistis juga lebih baik dibadingkan pasangan yang keduanya gila uang.

“Pasangan yang sangat mengagung-agungkan uang biasanya kurang responsif pada pasangannya dan tidak terlalu fokus dengan hubungannya. Mereka mencari kebahagiaan bukan pada orangnya,” ujar Carroll. Dalam penelitiannya, ia melihat, pasangan yang sama-sama tidak matrealistis punya dasar kuat ketika menghadapi cobaan keuangan yang datang.

Bagi Anda yang tengah membangun sebuah keluarga, tentunya ingin memiliki hubungan yang bahagia, bebas dari masalah keuangan. Berikut ini lima strategi yang bisa dicoba untuk mendapatkan pernikahan harmonis, seperti dikutip dari Business Insider:

1. Definisikan apa yang Anda mau dan bagaimana cara mencapainya
Saat melakukannya, duduklah dan obrolkan hal itu bersama pasangan. Anda bisa bersama-sama mendiskusikan bagaimana pola pengeluaran masing-masing dan rencana keuangan seperti apa yang cocok untuk dijalani.

“Hal ini bisa jadi cara yang membantu pasangan untuk mengetahui hal apa yang nantinya bisa menjadi sebuah masalah,” ujar perencana keuangan dari Veritana Financial Planning, Inc, di California, Susan E. Honig.

2. Memiliki Akun Bersama
Menurut Honig, memiliki akun bank terpisah, bisa membuat pasangan saling curiga dan cenderung menyembunyikan sesuatu dari pasangannya. Pernikahan pun bisa bermasalah kalau hal itu dilakukan.

Oleh karena itu Honig menyarankan buatlah akun bersama. Sebelumnya putuskan dulu uang apa saja yang akan dimasukkan ke dalam akun tersebut. Sebaiknya buat dua akun, akun yang khusus untuk pengeluaran penting dan akun untuk bersenang-senang. Diskusikan juga berapa jumlah uang yang kedua belah pihak setuju untuk dimasukkan ke akun bersama itu. Dengan cara ini, pasangan bisa mengatur keuangan mereka dengan lebih sehat.

3. Lakukan ‘Kencan Keuangan’ Secara Rutin
Ahli perencanaan keuangan di USAA (United Services Automobile Associatio) J.J. Montanaro mengatakan, dikusi soal keuangan sebaiknya jadi agenda rutin pasangan. Jadi pilih satu hari dalam seminggu kapan Anda dan pasangan melakukan ‘kencan keuangan’ itu. Jangan bicara soal keuangan hanya saat ada masalah saja.

4. Pakai Cara Kuno, Simpan Uang di Amplop
Untuk keperluan tertentu, seperti membeli hadiah atau berbelanja, Anda bisa menggunakan cara kuno dengan menyimpan uang di amplop. Dr. James Roberts, profesor bidang marketing dari Baylor University mengatakan, cara ini memang kurang modern, tapi cukup efektif. Dengan menyimpan uang di amplop sesuai jumlah yang dibutuhkan, Anda jadi tidak lebih boros ketimbang membawa kartu kredit atau kartu debit.

5. Buat Perjanjian
Perjanjian ini perlu agar Anda dan pasangan lebih disiplin dalam menjalankan perencanaan keuangan yang sudah dibuat. Dalam perjanjian itu tulis apa saja harapan dan rencana Anda dan suami. Lalu tulis juga apa yang harus dilakukan jika salah satu pasangan melanggar.

Sumber

Tag Cloud