Just stay and keep talking

Posts tagged ‘kisah’

Gallery

Cerita Cinta Seorang Suami

Aku membencinya, Itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun
menikahinya, Aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri. Walaupun
menikah terpaksa, Aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, Setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan
lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan
siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, Suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka. Ketika menikah, Aku menjadi istri yang teramat manja.
Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan
padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, Akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, Aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, Aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, Aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, Aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya
dengan rapi, Aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang
dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, Tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun
ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, Dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit.
Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua
keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami. Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang
ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, Aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, Dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, Ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan
tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun
sebelumnya, Saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir. Yaah, Karena merasa terjebak dengan perkimpoianku, Aku juga membenci kedua orangtuaku. Sebelum ke kantor, Biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, Ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut.
Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak.
Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu Seakan-akan berat untuk pergi. Ketika mereka pergi, Akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon. Namun betapa terkejutnya aku, Ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang
terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan. Aku menelepon suamiku dan bertanya, “Maaf sayang, Kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu.
Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, Kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut. Dengan marah, Aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, Handphoneku kembali berbunyi dan
meski masih kesal, Akupun mengangkatnya dengan
setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, Aku pulang sekarang, Aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , Kuatir Aku menutuptelepon kembali.
Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, Aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku
akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku
pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu. Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, Aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal
biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, Terdengar suara asing
menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri,
“Selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” Kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata
seorang polisi, Ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan
bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang
kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas. Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan
ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya
untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar
seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, Serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya.
Selesai mendengar kenyataan itu, Aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang
shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan
mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis. Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, Aku termangu menatap
wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati
wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan
padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan
kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat.
Airmata merebak dimataku, Mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, Aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan
manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, Airmataku semakin deras membanjiri
kedua pipiku. Peringatan dari imam masjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku
berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, Tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat
padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur
makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah
melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang
malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, Karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja.
Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Ia pun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi
permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman- temanku.
Saat pemakaman, Aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan
onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan
dirinya. Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan
tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya.
Di hari-hari awal kepergiannya, Aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku
membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk
saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, Aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang
datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku
tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, Membuat teman kerjanya kebingungan
menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku. Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, Tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, Tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan
hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melaku kanpekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-
log out, Sekarang aku memandangi komputer, Mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih
tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, Sekarang bekasnya yang
tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mauku hapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya,
Sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan
remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya. Aku juga marah pada diriku sendiri, Aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju- bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena
tak ada lagi yang membujukku agar tenang, Tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, Meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan
suami yang dianugerahi padaku, Meminta ampun karena
telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang
selama ini kubela-belakan, Hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, Keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi.
Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku.
Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan
pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, Aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika
melihatnya aku terdiam tak menyangka, Ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku
tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi
bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana ? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh
dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa
banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan
seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, Ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi
suratnya untukku.
Istriku Liliana tersayang, Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu. Maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu
singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu. Seandainya aku
bisa, Aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu
saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah
setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk
membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, Ya sayang. Jangan menangis,
Sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini.
Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini.
Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, Putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu.
Dan Farhan, Ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah.
Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya.
Oke!
Aku terisak membaca surat itu, Ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note. Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki
beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami,
Sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta. Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu
menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, Tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat
suamiku pergi. Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua
hari lagi putriku menikah dengan seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata,
“Cinta sayang, cintailah suamimu, Cintailah pilihan hatimu, Cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, Kau akan belajar
menyenangkan hatinya, Akan belajar menerima kekurangannya, Akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, Kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku,
“Seperti cinta ibu untuk ayah ? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “Bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, Seperti ayah mencintai kalian berdua.
Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, Tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, Tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Penulis : Liliana Armandi.

Sumber

Gallery

Sebuah kisah untuk direnungkan…

Sebuah cerita dari Anas 黄永胜 yg layak untuk kita baca dan renungkan… ┓(◦ˇーˇ◦)┏

4 yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yg kukasihi…
Sering aku bertanya², bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam surgawi, baik² sajakah? ƪ(▔ ̯▔)ʃ 
Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan seorang suami yg tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yg masih begitu kecil…
Begitulah yg kurasakan, karena selama ini aku merasa bahwa aku telah gagal, ga bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anakku, dan gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anakku… ( ˘͡ ―˘͡)

Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja…
Aku harus segera berangkat ke kantor…
Anakku masih tertidur…
Ohhh… aku harus menyediakan makan untuknya… (─‿─)

Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan…
Setelah memberitahu anakku yg masih mengantuk, kemudian aku bergegas berangkat ke tempat kerja…

Peran ganda yg kujalani, membuat energiku benar² terkuras…
Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari…
Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku…
Aku langsung masuk ke kamar tidur dan melewatkan makan malam…
Namun, ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dgn maksud untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan… ƪ(´~`)ʃ
Tiba² aku merasa ada sesuatu yg pecah dan tumpah seperti cairan hangat!
Aku membuka selimut dan di sanalah sumber ‘masalah’nya…
Sebuah mangkuk yg pecah dgn mie instan yg berantakan di seprai dan selimut!

Oh…Tuhan! (⋋ ̯⋌)
Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan langsung menghujani anakku yg sedang gembira bermain dgn mainannya dgn pukulan²! (`д⊂彡☆))Д゚)
Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya memberi penjelasan singkat…

“Dad, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi… Tapi ayah belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan… Aku ingat, ayah pernah mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar… Maka aku menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie… Satu untuk ayah dan yang satu lagi untukku… Karena aku takut mie’nya akan menjadi dingin, jadi aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah pulang… Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain dgn mainanku… Aku minta maaf Dad…”

Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku… (ㄒ﹏ㄒ)
Tetapi, aku ga ingin anakku melihat ayahnya menangis…
Maka aku berlari ke kamar mandi dan menangis dgn menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangisku… (˘̩̩̩~˘̩̩̩ƪ)
Setelah beberapa lama, aku hampiri anakku, memeluknya dgn erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku membujuknya untuk tidur…
Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie ditempat tidur…

Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam…
Aku melewati kamar anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto mommy yg dikasihinya… (>_<。)

Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, aku mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan perhatian dgn memberinya kasih sayang seorang ayah dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya…
Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari TK…
Untungnya insiden yg terjadi ga meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dgn bahagia… (◦'ں'◦)

Namun, belum lama, aku sudah memukul anakku lagi…
Aku benar² menyesal… (´⌒`) 

Guru TKnya memanggilku dan memberitahukan bahwa anakku absen dari sekolah…
Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku berharap dia bisa menjelaskan…
Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami, memangil² namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis sedang bermain komputer game dgn gembira…
Aku marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan²…
Dia diam aja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Dad…"

Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara "pertunjukan bakat" yg diadakan oleh sekolah, karena yg diundang adalah siswa dgn ibunya…
Dan itulah alasan ketidakhadirannya karena ia tidak punya ibu…

Beberapa hari setelah penghukuman dgn pukulan rotan…
Anakku pulang ke rumah memberitahuku, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis…
Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis, yg aku yakin, jika istriku masih ada dan melihatnya ia akan merasa bangga, tentu saja dia membuat aku bangga juga!

Waktu berlalu dgn begitu cepat…
1 tahun telah lewat. Saat ini musim dingin dan hari Natal telah tiba…
Semangat Natal ada dimana² juga di hati setiap orang yg lalu lalang…
Lagu² natal terdengar diseluruh pelosok jalan…
Tapi astaga, anakku membuat masalah lagi!
Ketika aku sedang menyelasaikan pekerjaan di hari² terakhir kerja…
Tiba² kantor pos menelpon…
Karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sdng sibuk²nya, suasana hati mereka pun jadi kurang bagus…

Mereka menelpon saya dgn marah², untuk memberitahu bahwa anak saya telah mengirim beberapa surat tanpa alamat…
Walaupun aku sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anakku lagi, tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi…
Karena aku merasa bahwa anak ini sudah benar² keterlaluan…
Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf: "Maaf, Dad""… (ಠ_ಠ)
Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasannya melakukan itu…

Setelah itu aku pergi ke kantor pos untuk mengambil surat² tanpa alamat tersebut lalu pulang…
Sesampai di rumah, dgn marah aku mendorong anakku ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini?
Apa yg ada dikepalanya? (˘̶ِ̀ ˘̶́')

Jawabannya, di tengah isak-tangisnya, adalah "Surat² itu untuk mommy…".

Tiba² mataku berkaca²…
Tapi aku mencoba mengendalikan emosi dan terus bertanya kepadanya, "Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat² pada waktu yg sama?"

Jawaban anakku itu : "Aku telah menulis surat buat mommy untuk waktu yg lama, tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku, sehingga aku tidak dapat memposkan surat²ku… Tapi baru² ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai kotak itu dan aku mengirimkannya sekaligus…"

Setelah mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata²… (॓ ̯॔) 
Aku bingung ga tahu apa yg harus aku lakukan dan apa yg harus aku katakan…

Aku bilang pada anakku, "Nak, mommy sudah berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk mommy, cukup dgn membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada mommy…"
Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia bisa tidur dgn nyenyak…
Aku berjanji akan membakar surat² atas namanya, jadi aku membawa surat² tersebut ke luar…
Tapi aku jadi penasaran untuk  membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu…

Dan salah satu dari isi surat²nya membuat hatiku hancur… ( ˘̶̀• ̯•˘̶́ )

Mommy sayang…
Aku sangat merindukanmu!
Hari ini, ada sebuah acara 'Pertunjukan Bakat' di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut…
Tapi kamu tidak ada, jadi aku tidak ingin menghadirinya juga…
Aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis dan merindukanmu lagi…

Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan, aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko…
Ayah keliling² mencariku, setelah menemukanku ayah marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak menceritakan alasan yg sebenarnya…

Mommy, setiap hari aku melihat ayah merindukanmu…
Setiap kali dia teringat padamu…
Dia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya…
Aku pikir kita berdua amat sangat merindukanmu…
Terlalu berat untuk kita berdua, aku rasa…
Tapi mom, aku mulai melupakan wajahmu…
Bisakah mommy muncul dalam mimpiku sehingga aku dapat melihat wajahmu dan mengingatmu?
Temanku bilang jika kau tertidur dengan photo orang yg kamu rindukan, maka kamu akan melihat orang tersebut dalam mimpimu…
Tapi mommy, mengapa engkau tak pernah muncul?

Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti…
Karena aku tidak pernah bisa menggantikan kesenjangan yg tak dapat digantikan semenjak ditinggalkan oleh istriku…

Untuk para suami, yg telah dianugerahi seorang istri yg baik, yg penuh kasih terhadap anak²mu selalu berterima kasihlah setiap hari padanya…
Dia telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk menemani hidupmu, membantumu, mendukungmu, memanjakanmu dan selalu setia menunggumu, menjaga dan menyayangi dirimu dan anak²mu…  ƪ(◦ˇーˇ◦)¬
Hargailah keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidupmu dgn segala kekurangan dan kelebihannya…
Karena apabila engkau telah kehilangan dia, tidak ada emas permata, intan berlian yg bisa menggantikan posisinya… ┓(◦ˇεˇ◦)┏

Sumber

Gallery

Pengertian Papa

Suatu malam, Mama yang bangun sejak pagi, bekerja keras sepanjang hari membereskan rumah tanpa pembantu, jam tujuh malam Mama selesai menghidangkan makan malam papa yang sangat sederhana berupa telur mata sapi, tempe goreng, sambal teri dan nasi.
Sayangnya karena mengurusi adik yang merengek, tempe dan telor gorengnya sedikit gosong !, saya melihat mama sedikit panik, tapi tidak bisa berbuat banyak, minyak gorengnya sudah habis.
Kami menunggu dengan tegang apa reaksi Papa yang pulang kerja, pasti sudah capek melihat makan malamnya hanya tempe dan telur gosong.
Luar biasa !
Papa dengan tenang menikmati dan memakan semua yang disiapkan mama dengan tersenyum, dan bahkan berkata; ” mama terima kasih !”, dan papa terus menanyakan kegiatan saya dan adik di sekolah.
Selesai makan, masih di meja makan, saya mendengar mama meminta maaf karena telor dan tempe yang gosong itu, dan satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang papa katakan:
“Sayang, aku suka telor dan tempe yang gosong.”
Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ciuman selamat tidur kepada Papa, saya bertanya apakah Papa benar-benar menyukai telur dan tempe gosong ?”.
Papa memeluk saya erat dengan kedua lengannya yang kekar dan berkata “Anakku, Mama sudah bekerja keras sepanjang hari dan dia benar-benar sudah capek, Jadi sepotong telor dan tempe yang gosong tidak akan menyakiti siapa pun kok!”
Ini pelajaran yang saya praktekkan di tahun-tSuatu malam, Mama yang bangun sejak pagi, bekerja keras sepanjang hari membereskan rumah tanpa pembantu, jam tujuh malam Mama selesai menghidangkan makan malam papa yang sangat sederhana berupa telur mata sapi, tempe goreng, sambal teri dan nasi.
Sayangnya karena mengurusi adik yang merengek, tempe dan telor gorengnya sedikit gosong !, saya melihat mama sedikit panik, tapi tidak bisa berbuat banyak, minyak gorengnya sudah habis.
Kami menunggu dengan tegang apa reaksi Papa yang pulang kerja, pasti sudah capek melihat makan malamnya hanya tempe dan telur gosong.
Luar biasa !
Papa dengan tenang menikmati dan memakan semua yang disiapkan mama dengan tersenyum, dan bahkan berkata; ” mama terima kasih !”, dan papa terus menanyakan kegiatan saya dan adik di sekolah.
Selesai makan, masih di meja makan, saya mendengar mama meminta maaf karena telor dan tempe yang gosong itu, dan satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang papa katakan:
“Sayang, aku suka telor dan tempe yang gosong.”
Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ciuman selamat tidur kepada Papa, saya bertanya apakah Papa benar-benar menyukai telur dan tempe gosong ?”.
Papa memeluk saya erat dengan kedua lengannya yang kekar dan berkata “Anakku, Mama sudah bekerja keras sepanjang hari dan dia benar-benar sudah capek, Jadi sepotong telor dan tempe yang gosong tidak akan menyakiti siapa pun kok!”
Ini pelajaran yang saya praktekkan di tahun-tahun berikutnya; ” Belajar menerima kesalahan orang lain, dan memilih untuk tetap menghargai dan merayakannya !”, adalah satu kunci yang sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat, bertumbuh dan abadi .
Bahwa kesalahan bukanlah mesti dijadikan sasaran tembak menyakitkan orang yang kita sayangi, tetapi justru menjadi pintu masuk menyatakan sikap sayang dan membukakan pintu maaf tahun berikutnya; ” Belajar menerima kesalahan orang lain, dan memilih untuk tetap menghargai dan merayakannya !”, adalah satu kunci yang sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat, bertumbuh dan abadi .
Bahwa kesalahan bukanlah mesti dijadikan sasaran tembak menyakitkan orang yang kita sayangi, tetapi justru menjadi pintu masuk menyatakan sikap sayang dan membukakan pintu maaf.

Gallery

Kehadiran Sang Papa

Tomi, Pimpinan sebuah perusahaan di Jkt, tiba di rumahnya jam 9 malam.

Tak seperti biasanya,anaknya, dinda, umur 9 th membukakan pintu untuknya.
Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

“Kok, blum tidur?” sapa tomi

“Aku nunggu Papa pulang,
sbab aku mau tanya,
Berapa sih gaji Papa?”

“Kamu hitung ya..
Tiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam & dibayar 400.000,
tiap bulan rata-rata 22 hari kerja,
kadang Sabtu masih lembur.
Berapa gaji Papa hayo?”

“Kalo 1 hari Papa dibayar 400.000 u/ 10 jam,
berarti 1 jam Papa digaji 40.000 dong”

“Wah, pinter kamu.
Sekarang cuci kaki, terus tidur ya..”

“Papa, aku boleh pinjam 5.000 gak?”

“Sudah, gak usah macam-macam..
Buat apa minta uang malam-malam gini? Tidurlah..”

“Tapi Papa…”

“Papa bilang tidur!”

Dinda pun lari menuju kamarnya sedih.

Usai mandi,
Tomi menyesali kekesalannya,
menengok dinda di kamar tidurnya sedang terisak sambil memegang 15.000

Sambil mengelus kepala dinda, tomi berkata,
“Maafin Papa ya..
Papa sayang sama dinda..
Tapi buat apa sih minta uang sekarang?

“Papa, aku gak minta uang.
Aku hanya pinjam,
nanti aku kembalikan kalo sudah menabung lagi dari uang jajan seminggu ini.”

“lya, iya, tapi buat apa?”

“Aku nunggu Papa dari jam 8 mau ajak Papa main ular tangga 30 menit aja.

Mama sering bilang waktu Papa itu amat berharga.
Jadi, aku mau ganti waktu Papa.
Aku buka tabunganku hanya ada 15.000…
Karna Papa 1 jam dibayar 40.000,
maka setengah jam aku harus ganti 20.000..
Duit tabunganku kurang 5.000,
makanya aku mau pinjam dari Papa” kata dinda polos

Tomi pun terdiam.
Ia kehilangan kata-kata.
Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dgn haru.

Dia baru menyadari,
ternyata limpahan harta yg dia berikan selama ini,
tak cukup untuk “membeli” kebahagiaan anaknya.
Ternyata kebahagiaan keluarga terletak pada kualitas waktu yang dia berikan,
Kehadiran seorang ayah yang nyata.

Gallery

Aryanto Mangundihardjo, Dari Sopir Jadi Pengusaha Rental Mobil Mewah

Jangan pernah takut bermimpi. Nasihat ini betul-betul dijalankan Aryanto Mangundihardjo (36 tahun), tentu ditambah tekad untuk mewujudkannya. Hasilnya memang luar biasa: dari cuma sopir taksi kini ia seorang pengusaha rental mobil mewah. “Semua orang boleh bermimpi. Saya pun punya mimpi. Asalkan ada kemauan untuk mewujudkan mimpi itu,” ucap Arya memberi semangat.

Dengan bendera Jakarta Limousine (JL), Arya menyewakan sejumlah mobil premium, seperti Rolls-Royce Phantom, Ferrari Spider Seraph, Bentley Flying Spoor, Hummer 2 Limousine, dsb. “Saya hanya membuka usaha yang tidak atau belum dijamah orang lain. Di sini saya melihat begitu banyak ekspat yang membutuhkan mobil mewah untuk memuaskan rekan bisnisnya atau menaikkan citra perusahaan,” tutur Arya.

Menurutnya, bisnis rental mobil mewah sangat menjanjikan. Sebab, di satu sisi permintaan tinggi, sedangkan di sisi lain hampir tak ada yang terjun ke bisnis ini. Naluri bisnisnya yang tajam cepat mencium peluang bisnis yang menjanjikan.

Ceritanya bermula ketika Arya mulai mengembangkan bisnis rental mobil tahun 2005, dengan nama Jakarta Bahana (JB). Bisnis rental mobilnya itu dibangun dengan modal hanya Rp 3 juta, yang digunakan untuk sewa tempat. Modal itu pun merupakan sisa dari bisnisnya menjadi trader CPO yang gagal. Bagaimana armadanya? Ia rupanya tinggal menggandeng beberapa rekannya yang memiliki mobil untuk dikaryakan. Hanya dengan memasang iklan baris di halaman Pos Kota, perlahan bisnis rentalnya makin diminati.

Tahun 2006, Arya mengganti nama JB menjadi JL. Pergantian nama ini terinspirasi ketika dirinya mengantarkan pebisnis dari Rusia yang kesulitan mendapatkan mobil mewah untuk beraktivitas di Jakarta. Melihat ada peluang, ia langsung mengganti konsep bisnisnya menjadi rental mobil mewah.

Walau mengaku tak mempunyai strategi khusus membangun JL, bisnis rentalnya berkembang cukup pesat. Ia mengklaim setiap tahun pertumbuhannya 12%-18%. Hampir 90% pelanggannya kalangan korporat, seperti dari industri tambang dan kelapa sawit. Lainnya adalah pelanggan individu untuk keperluan pernikahan dan pemotretan. Tahun lalu, layanan JL pernah dipakai untuk mengantar beberapa tamu negara di acara ASEAN Summit dan SEA Games.

“Saya tak pernah menggunakan strategi khusus untuk memperkenalkan nama JL. Semuanya terbangun dari mulut ke mulut dan dari kepercayaan. Itu saja yang kami jaga sampai sekarang,” ujar bapak tiga anak ini.

Saat ini, armada Arya terdiri dari 26 unit mobil mewah berbagai merek. Ia mempekerjakan 35 pengemudi berpengalaman, plus tiga pegawai di Divisi Promosi dan Pemasaran. Dalam sebulan, Arya mengaku satu unit armadanya beroperasi rata-rata 16 kali. Menjelang Idul Fitri dan Natal, permintaan biasanya melonjak 100%. Awal tahun ini, JL terpilih sebagai mitra Bank BRI untuk mengantarkan nasabah BRI Prioritas yang ingin berkunjung ke Jakarta.

Untuk bisa menikmati mobil-mobil mewah tersebut, Arya mematok tarif bervariasi. Misalnya, dengan paket per 12 jam, JL menawarkan sewa Rolls-Royce Phantom seharga Rp 40 juta, Rolls-Royce Silver Seraph Rp 35 juta, Ferrari Spider Rp 30 juta, Bentley Flying Spoor Rp 32 juta, dan Hummer 2 Limousine Rp 37,5 juta. Selain itu, disediakan pula paket satu hari penuh (full day) dan menginap. Tarif tersebut, diakui Aryo, masih bisa dinego. Dari harga tersebut, Arya mengaku bisa memperoleh margin 3%-5%. Akumulasi sisa keuntungan akan diinvestasikan untuk penambahan armada.

Arya mengklaim, jasa rental mobil mewahnya memiliki keunggulan, terutama dari sisi pelayanan. Misalnya, 98% pengemudi yang bekerja dengannya mahir berbahasa Inggris. Selain itu, para sopir JL dipilih dari mantan sopir perusahaan jasa sekuriti yang lulus kualifikasi di bidangnya. Para sopir ini sudah terlatih. Contohnya, mengetahui bagaimana bertindak cepat ketika menghadapi bahaya, semisal ada tawuran di jalan atau mobil diserang orang. “Si pengemudi bukan hanya sebagai pengantar, tetapi juga pelayan dan pemberi rasa aman bagi penumpangnya,” Arya menegaskan.

Untuk memperkuat keamanan dan kenyamanannya, JL melengkapi tiap unit mobil armadanya dengan fasilitas tambahan, seperti fasilitas kedap suara, kulkas berikut minuman dan makanan ringan, serta buku dan surat kabar.

Selain kalangan the haves dan ekpat, jasa rental mobil mewah JL juga dinikmati para artis dunia yang pernah manggung di Indonesia, seperti Linkin Park, Beyonce Knowles, Katy Perry dan Justin Bieber.

Menurut Budi Hermawan, staf PT Yala Persada Angkasa (YPA), perusahaannya ini telah menjadi pelanggan loyal JL sejak 2008. “Nama JL sudah terkenal di kalangan korporat yang membutuhkan layanan mobil mewah. Klien dan tamu perusahaan kami dari Singapura dan Hong Kong sangat puas dengan layanannya,” ungkap Budi.

Disebutkan Budi, dalam sebulan YPA memesan 3-4 kali. Biasanya yang disewa mobil jenis Alphard dan Mercy selama 12 jam dan satu hari penuh. “JL memiliki armada dari berbagai merek mobil mewah. Harganya sangat masuk akal. Itu sebanding dengan layanan yang diberikan,” Budi mengakui.

Toh, keberhasilan suami Margaretta Rozetta ini dalam menjalankan bisnis, tidak datang begitu saja. Asam garam bisnis dirasakannya. Ketika SMA, anak kedua dari empat bersaudara ini pernah membuka agen koran. Semakin dewasa, keinginannya untuk menjajal pekerjaan di bidang lain semakin besar. Tahun 1995, Arya memilih berprofesi sebagai sopir taksi Blue Bird, yang sempat dilakoninya di Jakarta dan Bali. “Selama 7 tahun bekerja sebagai sopir, insting bisnis saya semakin terasah. Saya melihat bisnis rental mobil cukup prospektif dan bisa jadi penopang hidup saya kelak,” ungkap Arya.

Bagaimana ke depan? Arya berencana pada 2013 sudah bisa mewaralabakan JL. Ia meyakini akan bisa sukses di Indonesia Timur.

“Mengurus bisnis ini tak perlu pendidikan tinggi, tapi kejelian melihat peluang, kemampuan membuat jaringan, dan komitmen menjaga kepercayaan,” katanya memberi catatan.

Sumber

Gallery

Blue Ocean Strategy Selayang Pandang

Pernahkah anda suka dengan seseorang dan berharap dia menjadi kekasih anda, akan tetapi yang berharap si dia menjadi kekasihnya bukan cuma anda saja, bahkan bisa jadi teman anda sendiri juga suka dengannya? Sedangkan penampilan anda dengan orang lain yang suka dengannya juga tidak jauh berbeda. Sebagian besar dari kita pasti pernah mengalaiminya. Mengetahui ternyata banyak yang suka juga dengan dia, lalu apa yang akan anda lakukan? Mundur karena minder ? Tetap maju dengan kemampuan yang ada, walaupun tidak jauh berbeda dengan yang lain?  Atau mencoba tampil beda ?

Usaha perusahaan/produsen dalam mendapatkan hati konsumennya juga tidak jauh berbeda dengan cara diatas. Dan pilihan langkahnya pun juga sama. Kalau anda memilih untuk tampil beda, anda sudah mulai menerapkan langkah awal dari Blue Ocean Strategy atau Strategi Lautan Biru. Strategi ini di perkenalkan oleh W. Chan Kim dan Renee Mauborgne dalam bukunya dengan judul yang sama, yaitu Blue Ocean Strategy.

Blue Ocean Strategy merupakan sebuah strategi untuk melepaskan kita dari sebuah kondisi yang disebut Red Ocean (Lautan Merah). Kondisi Red Ocean adalah sebuah kondisi dimana terjadi persaingan yang sangat ketat untuk mendapatkan pasar yang sama dengan kompetitor.  Yang membuat Red Ocean ini menjadi  kompetisi sengit adalah karena yang terjadi pada pasar tersebut, permintaan lebih sedikit dari pada penawaran. Akibatnya persaingan dengan kompetitor menjadi sangat ketat dan bisa saja antar pesaing saling menghancurkan.

Pada Blue Ocean kondisinya berbanding terbalik dengan Red Ocean. Disini persaingan nyaris tidak ada, karena diawali dengan berani tampil beda tadi.  Karena sudah tergolong beda dengan kompetitor sebelumnya, sehingga pasar yang tertarik dengan produk kita tergolong khusus juga. Inilah yang menyebabkan permintaan menjadi lebih tinggi. Contohnya Blackberry (BB), secara fungsional dia sama dengan handphone yang lain, bahkan cenderung lebih minimalis dibanding handphone multimedia lainya. Namun BB menerapkan Blue Ocean Strategy pada sisi messenger dengan mengusung BBM (Blackberry Messenger). BB berani tampil beda, sehingga persaingan sesama produsen handphone yang terjadi saat itu menjadi tidak berarti untuknya. Pasar sangat antusias dalam merespon produk-produk BB sehingga permintaan menjadi  sangat tinggi, terutama di Indonesia.

Dalam menerapkan Blue Ocean Strategy, dikenal yang namanya 4(empat) tindakan. Pertama Eliminate (Hapuskan), yaitu menghapuskan unsur-unsur yang tidak bernilai dari produk. Kedua Reduce (Kurangi), yaitu mengurangi unsur-unsur yang nilainya kurang tapi masih diperlukan. Ketiga Raise (Tingkatkan), yaitu meningkatkan unsur-unsur yang akan dijadikan keunggulan dari produk hingga diatas standar industri yang ada. Keempat Create (Ciptakan), menciptakan hal-hal baru yang belum pernah ada di industri tersebut.

4(empat) tindakan inilah yang menjadi dasar dalam mengimplementasikan Blue Ocean Strategy. Apakah boleh menambah tindakan baru ? Selama itu relevan dan membuat sebuah keunggulan, why not? Jadi, apa yang ada jadikan keunggulan agar anda dapat mendapatkan hati si dia…? Hehehe…

Sumber

Gallery

Benih

Suatu ketika, ada sebuah pohon yang rindang. Dibawahnya, tampak dua orang yang sedang beristirahat. Rupanya, ada seorang pedagang bersama anaknya yang berteduh disana. Tampaknya mereka kelelahan sehabis berdagang di kota. Dengan menggelar sehelai tikar, duduklah mereka dibawah pohon yang besar itu.

Angin semilir membuat sang pedagang mengantuk. Namun, tidak demikian dengan anaknya yang masih belia. “Ayah, aku ingin bertanya…” terdengar suara yang mengusik ambang sadar si pedagang. “Kapan aku besar, Ayah? Kapan aku bisa kuat seperti Ayah, dan bisa membawa dagangan kita ke kota?

“Sepertinya, lanjut sang bocah, “aku tak akan bisa besar. Tubuhku ramping seperti Ibu, berbeda dengan Ayah yang tegap dan berbadan besar. Kupikir, aku tak akan sanggup memikul dagangan kita jika aku tetap seperti ini.” Jari tangannya tampak mengores-gores sesuatu di atas tanah. Lalu, ia kembali melanjutkan, “bilakah aku bisa punya tubuh besar sepertimu, Ayah?

Sang Ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga. Diambilnya sebuah benih, di atas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya benih itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang yang kecil, dengan ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang besar-besar. Kemudian, ia pun mulai berbicara.

“Nak, jangan pernah malu dengan tubuhmu yang kecil. Pandanglah pohon besar tempat kita berteduh ini. Tahukah kamu, batangnya yang kokoh ini, dulu berasal dari benih yang sekecil ini. Dahan, ranting dan daunnya, juga berasal dari benih yang Ayah pegang ini. Akar-akarnya yang tampak menonjol, juga dari benih ini. Dan kalau kamu menggali tanah ini, ketahuilah, sulur-sulur akarnya yang menerobos tanah, juga berasal dari tempat yang sama.

Diperhatikannya wajah sang anak yang tampak tertegun. “Ketahuilah Nak, benih ini menyimpan segalanya. Benih ini menyimpan batang yang kokoh, dahan yang rindang, daun yang lebar, juga akar-akar yang kuat. Dan untuk menjadi sebesar pohon ini, ia hanya membutuhkan angin, air, dan cahaya matahari yang cukup. Namun jangan lupakan waktu yang membuatnya terus bertumbuh. Pada mereka semualah benih ini berterima kasih, karena telah melatihnya menjadi mahluk yang sabar.

“Suatu saat nanti, kamu akan besar Nak. Jangan pernah takut untuk berharap menjadi besar, karena bisa jadi, itu hanya butuh ketekunan dan kesabaran.”

Terlihat senyuman di wajah mereka. Lalu keduanya merebahkan diri, meluruskan pandangan ke langit lepas, membayangkan berjuta harapan dan impian dalam benak. Tak lama berselang, keduanya pun terlelap dalam tidur, melepaskan lelah mereka setelah seharian bekerja.

Tag Cloud